Penilaian autentik dan Keterlaksanaan Praktikum dalam Pembelajaran Kimia di SMP dan SMA

 Penilaian Autentik
Penilaian Autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Jenis- Jenis Penilaian Autentik: 
1.      Penilaian kinerja
2.      Penilaian proyek
3.      Penilaian portofolio
4.      Penilaian tertulis
5.      Penilaian sikap
6.      Penilaian diri
7.      Penilaian produk 
 
Keterlaksanaan Praktikum dalam Pembelajaran Kimia di SMP dan SMA
         Kimia merupakan ilmu pengetahuan yang termasuk ke dalam rumpun IPA yang memiliki karakteristik sama dengan IPA. Kimia bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ilmu kimia hakikatnya dipandang sebagai suatu proses. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah dengan diterapkannya metode praktikum dalam pembelajaran di sekolah (Depdiknas, 2003). Sebagian besar pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia memerlukan penguatan pemahaman dan pengembangan wawasan melalui penerapan metode praktikum. Metode praktikum merupakan salah satu metode yang sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran kimia terutama untuk materi yang bersifat fakta, karena metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri fakta yang diperlukan untuk meningkatkan penguasaan dan pemahamannya terhadap materi kimia yang dipelajarinya. Selain itu, kegiatan praktikum juga dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajari ilmu kimia lebih mendalam.
Pelaksanaan kegiatan praktikum kimia di sekolah masih belum terlaksana secara optimal, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain mengenai frekuensi pelaksanaan metode praktikum dan keterlaksanaan praktikum kimia di sekolah, diperoleh data bahwa pembelajaran kimia dengan metode sekolah. Dari tujuh sekolah yang diteliti, hanya ada tiga sekolah yang melakukan kegiatan pembelajaran kimia dengan menggunakan metode praktikum. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan metode praktikum yang dilakukan di sekolah masih sangat rendah frekuensi pelaksanaannya, padahal kegiatan praktikum itu harus diterapkan dalam pembelajaran kimia sesuai dengan karakteristik dari materi kimia yang disampaikan. Rendahnya frekuensi pelaksanaan praktikum ini menyebabkan kemampuan siswa dalam melakukan praktikum menjadi kurang karena jarang diasah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegiatan praktikum jarang dilakukan, antara lain faktor fasilitas sekolah dan biaya pelaksanaan praktikum. Menurut Musrifah (2010), salah satu kendala dalam pelaksanaan praktikum sekolah adalah sarana dan prasana sekolah yang kurang memadai untuk dapat melaksanakan kegiatan praktikum di sekolah. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas lengkap seperti ruang laboratorium untuk dapat melakukan kegiatan praktikum kimia. Padahal menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40, fasilitas yang harus tersedia untuk laboratorium IPA antara lain: bangunan/ruang laboratorium, perabot, peralatan pendidikan, alat dan bahan percobaan, media pendidikan, bahan habis pakai, dan perlengkapan lainnya. Selain itu, besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli alat-alat dan bahan-bahan praktikum masih dirasa berat bagi sekolah karena kegiatan praktikum di sekolah umumnya masih dilakukan secara konvensional.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka guru dapat melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan metode praktikum kimia skala kecil.
Penggunaan metode praktikum skala kecil memiliki beberapa keunggulan, antara lain mengikuti prinsip green chemistry, yaitu menggunakan alat dan bahan dalam jumlah yang sedikit, sehingga dapat mengurangi biaya serta limbah kimia yang dihasilkan. Selain itu, kegiatan praktikum kimia skala kecil dapat dilaksanakan di dalam kelas (tidak harus di laboratorium) karena semua alat dan bahan praktikumnya sudah tersedia di dalam praktikum kimia skala kecil yang dapat dibawa ke dalam kelas. praktikum kimia skala kecil yang sudah ada merupakan hasil pengembangan yang dilakukan oleh Mulyono HAM. Di dalam praktikum kimia skala kecil sudah tersedia buku pedoman serta prosedur praktikum kimia skala kecil. Salah satu materi kimia SMA kelas XI yang dapat diajarkan dengan menggunakan praktikum kimia skala kecil adalah hidrolisis garam. 
 
Permasalahan : pelaksanaan praktikum di sekolah-sekolah memiliki berbagai kendala, salah satunya yaitu keterbatasan alat dan bahan yang akan di praktikumkan, beberapa guru mensiasati ini dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok besar, sehingga tidak semua siswa dapat melakukan praktikum secara intens. Menurut Anda, apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai jika demikian? bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?
 
 
 

Komentar

  1. menurut saya jika praktikum tidak dilaksanakan maka tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksmimal. untuk mengatasi agar tujuan pembelajara tersebut tetap terlaksana dengan maksimal meskipun laboratorium tidak tersedia dapat digunakan media sebagai alat bantu untuk praktikum meskipun dengan media elektronik.salah satunya dengan aplikasi virtual lab.

    BalasHapus
  2. cara yang dapat dilakukan guru untuk dapat mengatasi ketidaklengkapan alat dan bahan dilaboratorium yaitu membuat alat dan bahan tersebut sendiri bersama siswanya secara sederhana dengan menggunakan alat dan bahan yang dapat siswa bawa dari rumah, selain itu dapat pula dengan membuat media pembelajaran seperti virtual lab. nah menurut saya bila hal ini telah dilakukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari hasil evaluasi pembelajran siswa

    BalasHapus
  3. dari penjelasan anda, tujuan pembelajaran tidak akan tercapai bila guru mensiasati dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok besar, sehingga tidak semua siswa dapat melakukan praktikum secara intens.
    seharusnya guru dapat mengantisipasi ketidak lengkapan alat dan bahan dilaboratorium terkhusus pada laboratorium kimia adalah dapat dengan menggunakan bahan bahan dari alam yang dapat digunakan untuk mengganti bahan praktikum yang tidak ada,contohnya indikator alam dari bunga kembang sepatu, belimbing wuluh dan lain lainnya, atau dapat juga dengan merangkai alat sederhana untuk mengatasi alat yang tidak ada seperti qalorimeter sederhana.

    BalasHapus
  4. Apakah dengan cara mengganti bahan dengan bahan yang ada di alam tidak mengurangi pemahaman siswa terhadap percobaan? adakah dampaknya terhadap tujuan pembelajaran?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miskonsepsi dan Kendala Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Kimia di SMP dan SMA

Kesulitan Belajar Kimia pada Siswa SMP dan SMA

Diagonisis dan Tindakan Klinis Mengatasi Kesulitan Siswa yang Malas Belajar Kimia