Kendala K13 dan Penilaian Autentik

 Kendala Implementasi K13 dalam Pembelajaran Kimia
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, ppkn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional (seperti PISA dan TIMSS) sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.
Berikut beberapa kendala implementasi K13 yaitu :
1. Perubahan proses pembelajaran dari teacher center ke student center. 
Siswa belum dapat    mandiri untuk melakukan proses pembelajran sendiri karena sudah terbiasa menerima langsung dari guru. 
2. Sumber belajar siswa
Buku yang disediakan pemerintah hanyalah buku mata peajaran wajib seperti matematika, bahasa indonesia, bahasa inggris sedangkan mata pelajaran penjurusan tidak tersedia. 
3. Sarana dan prasarana, sudah cukup memadai hanya saja masih kekurangan proyektor infocus. 
4. Peminatan dilakukan dari awal masuk SMA.  
Ada beberapa siswa yang kemauannya masuk ke jurusan ipa/ips namun kemampuannya tidak memadai .
5. Ujian nasional yang menjadikan kimia sebagai ujian pilihan, sangat sedikit persentase siswa yang meminati ujian nasional pilihan untuk kimia.


SISTIM PENILAIAN OTENTIK TENTANG KEMAJUAN BELAJAR KIMIA SISWA DI SMP DAN SMA

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar,2013:35-36).

Pada penilaian autentik, siswa diminta untuk menerapkan konsep atau teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya. Contohnya untuk PAUD, TK dan SD, lebih banyak porsinya pada soft skill (misalnya kemampuan yang perlu dilatih dan diukur, antara lain: mengamati, motivasi berprestasi, kemauan kerja keras, disiplin, berkomunikasi, tata krama, dll) daripada penilaian hard skill (pengukuran penguasaan pengetahuan dan keterampilan).
Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:
a.       Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.
b.      Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
c.       Menggunakan berbagai cara dan sumber.
d.      Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
e.       Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan nyata setiap hari.
f.       Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan keluasannya (kuantitas).

       Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai berikut:
a.       Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
b.      Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, menekankan pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.
c.       Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi siswa.
d.      Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.

       Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas, maka proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari. Sehingga dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; penilaian harus bersifat holistik mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan dan pengetahuan).

Jenis-Jenis Penilaian Autentik:
1.      Penilaian Kinerja
        Dalam implimentasi kurikulum 2013, amat di anjurkan agar guru lebih mengutamakan penilaian unjuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai bagaimana mereka dapat bergaul; bagaimana mereka bersosialisasi di masyarakat dan bagaimana mereka menerapkan pembelajaran di kelas dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hubungan nya dengan penilaian unjuk kerja, leighbody ( dalam mulyasa 2012) mengemukakan elemen kerja yang dapat di ukur : (1) kualitas penyelesaian, (2) keterampilan mengunakan alat-alat, (3) kemampuan menganalisis dan merencanakan terus bekerja sampai selesai, (4) kemampuan menggambil keputusan berdasarkan amplikasi informasi yang diberikan, dan (5) kemampuan membaca, mengunakan diagram, gambar-gambar, dan simbol-simbol.
2.      Penilaian Proyek
        Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan.
3.      Penilaian Portofolio
        Portofolio adalah kumpulan-kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian portofilio dapat dilakukan bersma-sam oleh guru dan peserta didik, melalui suatu diskusi untuk membahas hasil kerja peserta didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor.
4.      Penilaian Tertulis
        Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Tes tertulis berbentuk esai menuntut dua jenis pola jawaban,
1)      jawaban terbuka (extended-response)
2)      jawaban terbatas (restricted-response).
5.      Penilaian Sikap
Kunandar (2013:105) membagi lima jenjang proses berpikir ranah sikap, yaitu menerima atau memerhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter. Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
1)      Sikap terhadap mata pelajaran.
2)      Sikap terhadap guru/ pengajar.
3)      Sikap terhadap proses pembelajaran.
6.      Penilaian Diri
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:
1)      dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2)      peserta didik menyadari kekuatan darri kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3)      dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
7.      Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan Kunandar (2013 : 299).

Permasalahan : Penilaian autentik terdiri  dari beberapa jenis seperti penilaian kerja, proyek, sikap, dan lain-lain. Apakah seluruh penilaian tersebut dilakukan oleh guru untuk mengukur kemampuan siswa? Bagaimana jika dilakukan satu atau dua jenis saja, jika dilakukan beberapa saja apakah penilaian tersebut sudah ideal sebagai bukti hasil belajar siswa?

Komentar

  1. menurut saya seluruh penilaian itu memang harus di lakukan dan dilaksanakan seluruhnya oleh seorang guru dikarenakan penilaian autentik telah dirancang memang seperti itu adanya, sehingga semua penilaiannya haruslah terlaksana
    hal ini lah yang menjadi salah satu kendala dari penilaian autentik dalam pelaksanan k13, karena guru sejak awal hingga akhir pembelajaran hanyah lah melakukan penilaian saja hingga proses pembelajaran menjadi kurang efektif, sehingga perlu sekali adanya revisi dari pemerintah terait hal tersebut.

    BalasHapus
  2. berdasarkan penerapan pembelajaran K13 yang menuntut guru dalam menerapkan penilaian autentik maka wajib dilakukan untuk semua aspek. disini guru dituntut hanya untuk sebagai pengamat dalam proses pembelajaran dari awal hingga akhir jam pembelajaan. jika salah satu aspek tidak dilakukan maka penilaian tsb belum efektif . nah ini yang menjadi kendala dalam penilaian autentik banyak aspek yang harus di nilai sehingga penilaian adil dan bijaksana

    BalasHapus
  3. Menurut saya seharusnya seluruh jenis penilaian itu harus dilakukan oleh seorang guru karna dalam pembelajaran kurikulum 2013 menuntut seorang guru untuk menerapkan penilaian autentik permasalahan sekarang banyak nya seorang guru belum menerapkan hal yang demikian sehingga itulah yang menjadi kendala dalam penilaian autentik.
    Penilaian autenik itu sebenarnya telah diuraikan dalam standar penilaian sebagaimana ditetapkan dalam permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang standar penilaian autentik. berdasarkan permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian itu terdiri dari tes tertulis, lisan, praktek, dan kinerja, observasi selama kegiatan pembelajaran dan diluar pembelajaran, serta penugasan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miskonsepsi dan Kendala Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Kimia di SMP dan SMA

Kesulitan Belajar Kimia pada Siswa SMP dan SMA

Diagonisis dan Tindakan Klinis Mengatasi Kesulitan Siswa yang Malas Belajar Kimia