Kesulitan Belajar Kimia pada Siswa SMP dan SMA

  
   Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran yang dirasakan sulit oleh siswa sekolah menengah dan mahasiswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri ilmu kimia itu sendiri. 
Adapun ciri-ciri ilmu kimia tersebut adalah: 
1) sebagian besar ilmu kimia itu bersifat abstrak, 
2) ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari materi yang sebenarnya, 
3) sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang pesat, 
4) ilmu kimia tidak hanya memecahkan soal-soal, 
5) bahan atau materi yang dipelajari sangat banyak (Middlecam (1985) dalam Rumansyah dan Irhasyuna, 2001).

    Di dalam mempelajari ilmu kimia kita tidak lepas dari persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perhitungan matematika. Dalam memecahkan persoalan-persoalan yang memerlukan perhitungan ini tentunya siswa akan mengalami kesulitan muali dari memahami soal, menulis apa yang diketahui seperti menulis lambang, menulis apa yang ditanyakan, menulis rumus-rumus hingga mencapai ke penyelesaian atau operasi matemetika.

Menurut Arifin, dalam Rumansyah dan Irhasyuna (2001) kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber dari   :

1.      Kesulitan dalam memahami istilah
Kesulitan ini timbul karena siswa hanya menghapal istilah dan tidak memahami maksud dari istilah yang sering dipergunakan dalam pembelajaran kimia.

2.      Kesulitan dalam memahami konsep kimia
Kebanyakan kosep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara keseluruhan merupakan konsep atau materi yang bersifat abstrak dan kompleks, sehingga siswa dituntut untuk memahami konsep tersebut secara benar dan mendalam.

3.      Kesulitan angka
Dalam mempelajari kimia tidak lepas dari perhitungan matematis, dimana siswa dituntut trampil dalam menerapkan rumus atau operasi matematika. Namun sering dijumpai siswa tidak memahami rumus tersebut.
Belajar tidak senantiasa berhasil, akan tetapi sering kali ada hal-hal yang bisa menghambat kemajuan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dikarenakan metode mengajar yang tidak sesuai, penekanan kurikulum yang tidak cocok atau bahkan pembelajaran yang kompleks. 

Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua, yaitu :

1.    Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :

  • Jasmani, yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh
  • Psikologis, yang terdiri dari faktor inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
  • Kelelahan yang terdiri dari faktor kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2.    Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
  • Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
  • Sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
  • Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
  Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :

1.    Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut pengumpulan data.

2.    Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.

3.    Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.

4.    Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.

5.    Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.

6.    Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo, 2000: 96)
Permasalahan :  Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan-kesulitan belajar kimia misalnya materi pembelajaran yang bersifat abstrak, kompleks, maupun rendahnya minat siswa terhadap pelajaran kimia sehingga hal ini berdampak besar terhadap penguasaan materi oleh siswa?

Komentar

  1. kesulitan belajar yang dialami oleh siswa karena materinya yang abstrak itu dapat kita (guru) atasi dengan menerapkan metode dan model pembelajaran yang didukung dengan media pembelajaran interaktif seperti media virtual lab dan simulasi
    media tersebut dapat menghilangkan miskonsepsi yang dialami siswa.
    contohnya pada materi atom unsur dan tabel periodik, pembelajaran akan menarik apabila digunakan media yg dapat menunjukkan bentuk atom dan unsur tersebut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lalu bagaimana cara mengatasi rendahnya minat belajar siswa?

      Hapus
  2. Untuk mengatasi siswa yang kesulitan dalam pembelajaran kimia, guru disini harus membuat siswa memahami/dapat menggambarkan tiga representasi yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik yang ada dalam setiap materi pembelajaran kimia tsb. Solusi agar siswa menyukai pelajaran kimia, guru menciptakan kondisi belajar yang efektif, guru disini sebaiknya melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, dan melakukan peragaan dalam pengajaran.

    BalasHapus
  3. menggambarkan 3 aspek yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik dilakukan oleh siswa ya yulia?

    BalasHapus
  4. dengan materi kimia yang abstrak, menurut saya seorang guru bisa mengunakan media atau animasi supaya siswa lebih mengerti di bandingkan guru hanya mengunakan metode ceramah saja, untuk menambah minat siswa guru juga bisa menggunakan game dalam pembeljaran atau media yang menarik. supaya siswa lebih senang dalam mengikuti kegitan belajar kimia tersebut

    BalasHapus
  5. kita dapat menggunakan media sebagai membantu proses pembelajaran dengan materi yang abstrak kita dapat menjadikan materi yang nyata dan saat mengajar menggunakan model yang sesuai dan menciptakan pembelajaran yang PAIKEM.. apabila siswa sudah nyaman dan senang dengan pembelajaran kita maka minat siswa kan muncul dengan sendiri.

    BalasHapus
  6. Sebagian besar ilmu kimia itu bersifat abstrak. Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak, yang menuntut siswa dan mahasiswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita tidak melihat atom secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat membentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom, misalnya sebuah atom oksigen kita gambarkan sebagai bulatan.

    BalasHapus
  7. siswa selalu beranggapan bahwa materi kimia abstrak dan abstrak . guru menerapkan pembelajaran PAIKEM. disini guru juga dituntut untuk menyampaikan materi dengan mengaitkan di kehidupan sehari-hari menggunakan model dan metode pembelajaran yang sesuai. media yang digunakan juga sangat membantu poses pembelajaran seperti virtual lab.

    BalasHapus
  8. pembelajaran kimia memang bersifat abstarak jadi disini guru harus pintar dalam menggunakan model pembelajaran dan cara mengajar guru yang di fariasikan jangan hanya ceramah saja. agar kelas menjadi aktif.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miskonsepsi dan Kendala Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Kimia di SMP dan SMA

Diagonisis dan Tindakan Klinis Mengatasi Kesulitan Siswa yang Malas Belajar Kimia